MENGIKAT INSPIRASI ( sebuah perenungan, curhatan impian) - Sepulang dari warung membantu ayahku menjual Ahad 07-07-2013. Badanku terasa lelah, terik panas matahari baru saja membakar tubuhku, ketika diperjalana menuju rumah. Kubuka pintu kulkas, untuk mencari minuman yang bisa menghilangkan rasa dahagaku. Kutemukan es cincau, begitu nikmat buatan ibuku.
INSPIRASI |
Perutkupun mulai keroncongan, segara kubuka lemari makan dan santap siang. Saya makan begitu lahapnya ditemani sang adik. Indahnya hidup ini, mau makan langsung ambil saja. Beda halnya teman yang hidup dipembungan sampah (Antang), mereka memulung sampah dulu, kalaupun cukup untuk membeli makan dia akan makan, kalau blum cukup dia harus memulung lagi untuk mencari makan.
Seuisai makan saya segera menuju kamar untuk beristirahat. Kebiasaan yang saya lakukan sebelum tidur siang yaitu menyalakan televisi. Siang itu saya menyaksikan sebuah tayangan yaitu Kick Andy in Location dalam tayangan itu, diangkat sebuah kisah, seorang Ibu yang umurnya tidak muda lagi. Melihat kondisi bangsa yang sangat memperihatinkan akhirnya dia memutuskan untuk medirikan suatu lembaga yang memberikan pendidikan kepada orang yang masih buta huruf.
Orangtua tersebut diajari membaca, serta membuat kerajinan tangan. Salah satu kerajinan tangan yang dia buat yaitu bantal yang terbuat dari potongan-potongan plastic pembukus mie. Plastic-plastik tersebut dipotong kecil-kecil lalu dimasukkan kedalam bantal sebagai pengganti kapok. Dia memilih plastic pembungkus mie karena isu yang Booming yaitu Global Warming. Plastic-plastik tersebut puluhan tahun tidak akan hancur. Sehingga untuk meminimalisasi global warming dia memanfaatka plastic tersebut.
Berkat semangat dan usahanya itu, dia mampu membangun desanya dan memelihara lingkungan disekitarnya. Beda halnya dengan kisah Chabib Wibowo. Dia seorang pemuda yang hari-harinya hidup di jalan, keluarganya tidak lagi memperhatikannya. Untuk menyambung hidup dia mengamen bahkan dia sempat terjebak di dunia narkoba.
Suatu ketika dia digrebek oleh petugas di Malioboro. Akhirnya dia tersadar untuk mengahiri hidupnya dijalan dan memilih kehidupan yang lebih layak. Berkat pengalaman hidupnya selama di jalan, dia berinisiatif untuk mendirikan lembaga yang menangani anak jalanan. Dia menceritakan keinginannya itu kepada Mamivin yang juga seorang pengamen jalanan tapi dia seorang wanita pria (Waria).
Mamivin seorang waria yang menghabiskan setengah hidupnya dijalan, suatu kitika dia tersadara atas pekerjaan ya selam ini. Munkin dia mendapatkan suatu hidayah. Sehingga dia mengumpulkan teman-teman warianya untuk mendirikan Lemabag Swadaya Masyarakat (LSM) yang disebut Kebaya. Lembaga ini menangani masyarakat tekena HIV AIDS.
Salah satu yang dia didik adalah Chabib Wibowo. Chabib wibowa yang kala itu bosan dengan kehidupan dijalan. Dia pun ingin melakukan rekayasa sosial (meminjam istilah Kang Jalal) utnuk memutus lingkaran setan yang dia alami selama ini. Dia mengumpulkan rekan-rekannya. Untuk mendirikan sekolah anak jalanan. Dia curhat kepada MH Ainung Najib, perihal cita-citanya. Kala itu cita-citanya disambut baik.
Lembaga ini berdiri pada tahun 2007 dan saat ini, dia mempunyai sekolah anak jalanan. Dia mempunyai lokasi yang sangat baik, fasilitasnya lengakap, ada sangar seninya, rumah baca, tempat perkebunan, penakaran ikan dan juga dia mengani orang cacat mental.
Pasca saya menyaksikan tayangan itu, saya semakin semangat untuk menggarap Rumah Peka (Lembaga yang menangani anak jalanan), saya mempunyai cita-cita untuk membuat Rumah Peka ini seperti yang telah di buat oleh Chabib Wibowo.
Setelah shalat asar, saya merasa bersalah kepada adik-adik kami yang berada dijalan, saya berjanji kami akan turun mengajar hari sabtu (06-07-2013), namun karena cuaca tidak mendukun (Hujan) akhirnya kami batalkan untuk turun kejalan mengajar.
Sore itu saya menuju lokasi tempat kami mengajar. Saya perhatikan semua sudut jalan, namun tidak saya temukan anak jalanan yang biasanya kami ajar ditempat itu. Saya bertanya kepada ibu yang juga berjualan Koran ditempat itu. Katanya, “ tidak menjualmi disini anak-anaka karena rusaki lampu merayya, itu mahasiswayya, membela bedeng rakyat, tapi justru nakasi mederitajaki karena narusaki lampuh merayya,” jelasnya.
Memang terkadang ketika kita ingin melakukan suatu perubahan, pasti akan ada yang kita korbankan baik materi maupun non materi. Apa tak lagi jika pergerakan itu didasari oleh kepantingan segelintir orang dengan menagatas namakan rakyat yang justru menyiksa rakyat. Pola-pola gerakan mahasiswa hari ini tidak mengalami perubahan yang signifikan yang justru pola-pola gerakan tahun 1989 yang diterapkan kekinian. Membakar jalan, memblokir tempat-tempat umun yang berujun bentrok dengan masyarakat. Parahnya lagi, mereka merusak fasilitas umum, seperti lampu merah. Sempatkah mereka berfikir jika lampu mereh itu saya rusak justu akan merugikan penjual Koran yang notabenenya adalah orang miskin. Seperti yang di alami anak jalanan yang kami didik.
Sore itu saya berada dilampu merah menyaksikan beberapa anak yang bermain kelereng, mengingatkan masa laluku 15 tahun yang lalu. Saya menghampiri seorang ibu yang tak asing lagi di mataku. Dia menyambut kedatanganku dengan senyuman, lalu berkata, “ kenapa jarangki lagi pergi mengajar disini?”
“dua minggu terahkir ini saya dan teman-teman lagi final semester genap,” saya menambahkan,” ada juga saya kerja di rumah Bu, jadi tidak ada waktu untuk jalan-jalan kesini,” terangku.
Pembicaraan kami berdua semakin asik.” Dulu itu nak, waktu saya masih Sekolah Dasar (SD) sering mendapat juara lomba menari bahakan tingkat kabupaten,”
“mantap itu bu, baguski kapang kalo mengajarki disni menari, ajari anak-anak kalo sore, menari, kerena rencanaku, kalo ada lomba mauka kasi ikutku adek-adeku disini,”
“ tidak bisama saya menari nak, karena tuama, terus kakumim juga badanku, trus saya lupa-lupami juga,”
“ saya kira masih bisaki mengajar bu,!!!
“ saya berencana untuk mengajarkan anak-anak disini, untuk membuat kerajinan tangan,” ujarku.
“ah… kalo buat kerajinan tangan, saya bisa,”
“ baguski itu bu, kita ajari anak-anaka, trus kalo banyaki hasilnya saya jualkanki,renaca kami mau mengadakan pameran kerajinan tangan, terus hasil penjualannya kami kembalikan keanak yang membuatnya,”.
Sambil kami berdiskusi, tiba-tiba muncul inspirasi. Saya menoleh kebelakan dan memperhatikan lokasi yang ada di belakangku. Saya berencana akan membuat taman pintar di lokasi ini. Tempat ini sayaka desain sedemikian rupa. Pinggirnya saya akan beri pagar yang terbuat dari bamboo lalu di cat dengan warna yang menarik. Untuk menghemat anggaran, bamboo yang akan digunakan adalah bamboo bekas bangunan yang tidak terpakai lagi.
Sedangkan pintu masuknya kami akan desain seperti gapura pramuka, karena banyak dianta pengurus rumah peka yang berlatar belakang dari organisasi pramuka. Dilokasi itu cukup luas, sehingga akan dibagi beberapa lokasi. Bagian belakang khusus untuk taman baca dan perpustakaan mini, samping kanan khusu untuk tempat belajar ilmu npengetahuan. Samping kiri khusus untuk belajar music. Bagia depan khusus untuk belajar kerajinan tangan dan menari. Itu yang terlintas dipikiranku kala itu.
Untuk mewujudkan itu, tak semuda apa yang dibayangkan. Sala satu jalan yang saya pikirkan untuk mewujudkan itu. Saya teringat, program Walikota Makassar yaitu, Makassar gemar membaca, jadi saya akan mencari orang yang bisa memediasi kami sehingga bisa kewalikota untuk perizinan membuat taman pintar dan melengkapi fasilitasnya.
Target kedepan yang harus dicapai, yaitu bagaiman bisa mewujudkan apa yang saya pikirkan ini. Mataharipun semakin surut, suara adzan pun dikomandangkan. Saya bergegas menuju mesjid. Usai salat saya berdoa semoga apa yang saya cita-citakan ini dapat segera terwujud.usai shalat magrib saya pun mengambil sepeda motorku. Sambil mengendarai sepeda motor, pikiranku terus bernari-nari mencari solusi untuk mewjudkan cita-cita ini.
Saya teringat apa yang perna dikatakan Dendi, “ baguski kapan kalau kita buat kegiatan, seperti waktu kita mau deklarasi, orang tertarik ke Rumah Peka, karena melihat kita membuat semua persiapan, seperti petaka-petaka, spanduk mengecetnya di depan fakultas,”
Usulanya itu saya sambut, ketika ada mahasiswa baru nantinya, kita akan membuat pagar bamboo untuk taman pintar di depan fakultas ketika ada maba, jadi secara tidak langsung kita akab sosialisasikan Rumah Peka.
Setiba di rumah, segera kuambil Hand Phon-ku ,saya mengetik sebuah pesan singkat yang berbunyi,” barusan saya dari jalan-jalan, dan saya menemukan inspirasi untuk rumah Peka kedepannya,” pesan ini saya edarkan kebeberapa teman yang saya anggap mampu merespon inspirasi ini.
Salah satu teman yang bernama Faega merespon,” inspirasi apa itu kak,???
“ tadi saya melihat sebuah tayangan di Kick Andy, yang mengisahkan seorang yang mantan anak jalanan mendirikan sekolah anak jalanan, lokasi tempat mereka bagus, setela melihat tayangan itu, saya segera menuju kelokasi tempat kita mengajar anak-anak jalanan, setiba di lokasi, muncul inspirasi untuk membuat Taman Pintar ala Ruma Peka,”
“Mantap itu kak, begitu memang kalau orang kreatif, pasti banyak inspirasi,” jawabnya
Satu pesan singkat juga masuk ke hapeku, ini dari Rahma, Bunyinya,” rapat segera kak, untuk membahas itu,”
“ iye dek, nanti saya hubungiki, kalau mauki rapat, tunggu saja info dari saya,”
Begitulah diriku, ketika mempunyai sebuah cita-cita, saya sering menceritakan keinginanku kepada orang yang saya anggap mampu memberiku solusi. Saya orangnya terbuka, ketika mempunyai cita-cita, saya sering menceritakan ke orang lain, karena saya tidak mampu menanggung beban cita-cita ini sendiri.
Tak mau menyia-nyiakan waktu, tiga hari kemudian say mengedarkan pesan singkat (sms) kesemua teman-teman yang tergabung dalam Rumah Peka untuk rapat pada hari rabu- 10-07-13 dan membahas cita-citaku ini. Saya menyadari saya tidak mungkin mampu mewujudkannya sendiri tanpa mereka.
Sabtu 13-03-2013